Kunjungan Rizal Ramli ke Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor 3, Kediri, Jawa Timur, dua hari lalu, bukan hanya bernuansa nostalgia.
Memang, kebetulan Rizal Ramli pernah "nyantri" di tempat tersebut meski dalam waktu yang tidak lama. Namun, obrolan Rizal Ramli dengan KH Hasan Abdullah Sahal, sang sesepuh pesantren yang juga putra pendiri Pesantren Gontor, KH Abdullah Sahal, terasa penuh rasa kekeluargaan.
Menurut KH Hasan Abdullah Sahal, kalau seluruh rakyat negeri ini, terutama para elitenya jujur, bekerja keras, dan berdisiplin, maka Indonesia akan menjadi "Rajanya Dunia", karena Indonesia dibekali modal kekayaan alam yang sangat berlimpah oleh Tuhan.
"Tapi bisa menjadi dosa besar, undang-undang yang seharusnya mencerdaskan bangsa, malah yang terjadi adalah kebodohan dan penipuan-penipuan," kata KH Hasan Abdullah Sahal yang duduk bersebelahan dengan Rizal Ramli sambil berpegangan tangan dengan erat.
Suasana obrolan yang berlangsung di depan para santri dan para pengajar pondok pesantren tersebut sangat cair dan penuh dengan canda. Kiai Hasan mengatakan, para elite penguasa Indonesia jangan memanipulasi kebenaran.
Dia memberi ilustrasi tentang seekor kuda yang dipakaikan kacamata hijau supaya yang tampak pada mata sang kuda selalu terlihat hijau, padahal tanah yang ada sangat gersang. Tujuan memakaikan kacamata kuda itu adalah agar sang kuda bernafsu untuk makan.
"’Tidak boleh manipulatif. Negara ini sekarang sudah jadi republik teka teki," kata Kiai Hasan.
Menurutnya, pemahaman mengenai arti kemerdekaan sangat penting, Kiai Hasan yakin, seandainya para tokoh penguasa saat ini ditanya mengenai arti dan makna kemerdekaan, tentu jawabannya tidak sama.
"Coba saja tanyakan, pasti jawabannya berbeda. Nah, arti dan makna merdeka ini harus lebih dulu disamakan," tegasnya.
Rizal Ramli pernah "nyantri" singkat di Pondok Pesantren Gontor. Mantan Menko Kemaritiman dan Sumber Daya itu mondok selama satu minggu pada tahun 1976 untuk berdiskusi dengan para pendiri Pondok Pesantren Gontor.
Saat itu Rizal Ramli baru kembali dari studi beasiswa di Jepang dan mencoba mencari jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapi rakyat waktu itu dengan melakukan perjalanan keliling Pulau Jawa.
Sumber : rmol