Pondok Pesantren La-Royba Bali Bina Insani (BBI) Harmoni Bersama Hindu

Pondok Pesantren Bali Bina Insani (BBI) Yayasan La Royba

Alamat Pondok Pesantren La-Royba Bali Bina Insani (BBI) 

Alamat : Jln. Raya Timpang, desa Meliling, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Bali 82162
Telpon:  0812-4698-233 / 0361.8944007
Situs Web:  http://pesantrenbali.com
Fans Page Facebook :https://m.facebook.com/YLRBBI
E-mail  : pontrenbalibinainsani@gmail.com,  yusaba2011@gmail.com



Letak geografis Pondok Pesantren La-Royba Bali Bina Insani (BBI) 

Salah satu keunikan dari Pondok Pesantren Balo Bina Insani adalah terletak di Pulau Bali, yang mayoritas penduduk Pulau Bali adalah Budha dan Hindu. Hal ini untuk membentengi Muslim Bali dari masuknya nilai-nilai asing yang sangat bertentangan dengan agama dan moral serta kearifan lokal (local wisdom).

Riwayat Sejarah dan Pendiri Pondok Pesantren La-Royba Bali Bina Insani (BBI)

Cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Bali Bina Insani tanggal 27 Oktober 1996 adalah berawal dari pendirian Pondok Yatama tanggal 27 Oktober 1991. Sejak pemuda bernama Ketut Imaduddin Djamal masuk di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathon Seloong Lombok Timur tahun 1968, jiwa pondok pesantren mulai tersemai. Hal ini lebih terasa sejak belajar di Pondok Pesantren Assyafi`iyah Jakarta  tahun 1977 dan sering silaturahmi ke Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta.
Pondok Pesantren Bali Bina Insani (BBI) Harmoni Bersama Hindu
Halaman Pondok Pesantren Bali Bina Insani (BBI)
Sumber : Google Maps

Setelah menyelesaikan kuliah di Fakultas  Syari`ah Syarif Hidayatullah tahun1983 dan mulai bertugas di Pengadilan Agama Denpasar tahun 1984, suatu saat bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Al-Ikhlas Taliwang Sumbawa. Saat itulah betul-betul tersentuh dengan kehidupan pondok pesantren yang terasa damai, sederhana dan sangat bersahabat. Ketika keberadaan dan keadaan Umat Islam di Bali mulai banyak tahu melalui ceramah dan khutbah-khutbah serta kunjungan sosial, dimana kondisinya jauh dari harapan, jumlahnya hanya 6,17%, ekonomi memprihatinkan, bertempat tinggal di pesisir pantai / pedalaman, pendidikan jauh terbelakang dan belum ada pondok pesantren yang refresentatif.

Keinginan mendirikan Pondok Pesantren di Denpasar dengan  latar belakang di atas terbentur  tidak adanya lahan, sehingga keinginan menggebu ini dimulai di Desa Pegayaman dengan mendirikan Pondok Pesantren Al-Iman pada tanggal 24 Oktober 1988 di atas tanah wakaf Bapak Said Djamaludin seluas 5000 m2 dan diresmikan oleh Bapak H. Habib Adnan Ketua MUI Bali. Pondok pesantren ini kurang berkembang meskipun berada pada miliu yang 100% beragama Islam, karena daerahnya terisolir, jauh dari perkotaan dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang arti penting pendidikan. Kondisi ini tidak  menyurutkan tekad untuk  mencarikan solusi terhadap problem umat di atas melalui lembaga pendidikan pondok pesantren.

Pada saat ceramah di pengajian Masyarakat Sulawesi Selatan Monang Maning Denpasar, seorang peserta pengajian bernama Hj. Sopiah Dewa Pere bertanya dan mengajak mendirikan panti asuhan dengan menyiapkan rumahnya sendiri di Sembung Gede Tabanan sebagai asrama, serta kesanggupan untuk mencarikan kebutuhan sehari-hari santri. Peluang emas ini tidak disia-siakan untuk mendirikan Pondok Pesantren meskipun letaknya di Tabanan, (sebuah kabupaten terdekat dengan Denpasar). Maka diresmikanlah lembaga pendidikan yang bernama Pondok Yatama tangal 27 Oktober 1991 oleh Bapak H. Zayadi, mantan Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja Bali, dengan didampingi Bapak Kepala Kantor Wilayah Sosial, (alm) Bapak Said Djamaludin serta umat Islam lainya.

Rekomendasi pendiriannya dari Bupati Tabanan baru keluar tanggal 7 Juni 1996 no. 451.44 / 2609 / 505. Periode awal ini santrinya 7 orang anak yatim laki-laki, (Roy Teguh Musa dkk) dengan seorang Ustad dari Darunnajah yaitu Yuli Saiful Bahri.

Agar keberadaan pondok sesuai dengan peraturan yang berlaku, didirikanlah badan hukum dengan nama Yayasan La-Royba pada tanggal 30 April 1992 dengan nama Amir Syarifuddin, SH. Dan memperoleh izin Kepala Kantor Wilayah  Departemen SosialBali no. 118 / BBS / 05 / XI / 92 dengan struktur:
  1. Ketua Drs. H. Kt. Imaduddin Djamal, SH. 
  2. Sekretaris Hj. Sofiah Dewa Pere, 
  3. Bendahara Dewi Yana Robi,  
  4. Penasehat di antaranya Prof. KH. Ali Yafie dan Ny. Hj. Ratna Maida Hasjim Ning. 
Perkembangan Pondok Yatama yang cukup pesat melahirkan simpati dan juga antipati. Ketidaksenangan banyak pihak dihadapi dengan sabar, tawakal, penuh kesabaran, penuh harap kepada Allah sembari membenahi segala yang diperlukan, kerja keras dan pendekatan kultural kepada semua pihak. Pembenahan yang dilakukan termasuk merancang pemindahan pondok ke lokasi yang lebih luas dan prospektif, mengingat lokasi sekarang hanya 4 hectare, bising dan sudah tidak memadai untuk menampung santriwan / santriwati yang terus bertambah. Pengadaan tanah terealisir tahun 1993 dengan membebaskan tanah seluas 5897 m2, harga per are Rp. 950.000, berlokasi di Desa Meliling, Kecamatan Kerambitan  Tabanan. Pengurusan surat-suratnya diselesaikan oleh Bapak H. Mas Djumhari. Alhamdulillah pembayarannya tidak ada masalah berkat bantuan teman-teman di antaranya Bapak Dr. Hasjim Ning, yang membantu Rp. 25.000.000, Bapak Subur Karsono, Bapak Abdullah Bamasak dll. Peletakan batu pertama dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 1993 (Ultah ke-3) oleh Bapak Dr. Hasjim Ning dan do`a oleh Direktur Pondok Pesantren Darunnajah Bapak KH. Drs. Mahrus Amin.

Bertepatan dengan kepulangan dari Mekah tahun 1995, selesai pembangunan asrama putra dan hijrahlah para santriwan menuju lokasi baru di Meliling. Pada ulang tahun ke-6 asrama putri yang dibantu sepenuhnya oleh Bapak H. Faisal Hashim selesai, dengan menelan biaya Rp. 52.000.000 dan mulai ditempati. Program selanjutnya membuat sarana ibadah, proyek ini dibiayai oleh Ibu Hj. Ari Murti Rosarius dengan biayaRp. 37.000.000 yang diresmikan tahun 1995 oleh Pangdam IX Udayana, Bapak Mayjen H. Adam Damiri, sejak itulah diresmikan pula nama Pondok Pesantren Bali Bina Insani. Program untuk membuat Darunnajah kecil di Bali mengharuskan pembenahan management pendidikan, perekrutan guru-guru dari pondok pesantren yang menerapkan sistem bahasa asing (Arab, Inggris) dalam komunikasi sehari-hari seperti Gontor Darussalam, Darunnajah, Al-Ikhlas, Baitul Arqom, Al Amin.

Pendirian Madrasah Tsanawiyah Bali Bina Insani tanggal, 9 Agustus 1997 dengan kepala madrasah pertama Ibu Hj Ety Supriati, BA. Selama ini anak-anak belajar pada sekolah-sekolah umum di luar pondok pesantren dengan segala problemanya seperti transportasi, biaya tinggi dan masalah moralitas. Adanya lembaga formal menyebabkan instansi terkait memberikan atensi seperti pendirian kantor, dibantu oleh Depag dengan biaya Rp. 10.000.000, perpustakaan dibantu oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan biaya Rp. 12.500.000. Pendirian madrasah Aliyah Bali Bina Insani tanggal 16 Juli 2000 dengan kepala sekolah Bapak Karen, S.Pd, adalah merupakan jawaban atas tamatnya satu kelas MTs. Bali Bina Insani untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Setelah MTs dan MA berdiri maka berturut-turut dapat bantuan 6 bangunan kelas dari Departemen Pendidikan Nasional senilai Rp. 180.000.000, Rp. 65.000.000, melalui Bapak H. Baedhowi, Sekretaris Jendral Departemen Pendidikan Nasional yang sempat berkunjung ke pondok pada saat melakukan sosialisasi tentang Komite Sekolah. Ruang belajar MA dibantu oleh banyak pihak diantaranya satu ruangan dari Bapak H. Isfan Fajar Satrio, putra Wakil Presiden, Bapak Tri Sutrisno. Satu ruangan dari Rotary Club Nusa Dua. Dapur umum dari Ibu Hj. Siti Hardianti Indra Rukmana, putri presiden RI Bapak H. Soeharto. Kebutuhan mes dan tempat tinggal guru yang sudah berkeluarga dibangun oleh Ibu Hj. Ny. Soebechan Soekandar senilai Rp. 125.000.000. Bangunan lab MA senilai Rp. 80.000.000 serta ruang belajar MTs, dibantu oleh Departemen Agama.

Pembenahan pada kurikulum terimbangi dengan penugasan Ustad Yuli Saiful Bahri dkk. dari Darunnajah, Ustadzah Darmawati dkk. dari Al-Ikhlas, Ustad Anton dkk. dari Al-Iman Gontor, Ustad Fauzi dkk. dari Nahdlatul Wathan Pancor, Ustad Turoichan dkk dari Lirboyo dan lain lain. Mereka adalah sebagai pengasuh yang siap 24 jam membimbing dan mengajar para santriwan / santriwati dengan nilai-nilai agama khususnya bahasa Arab atau Inggris.

Pendidik dari luar dengan merekrut guru-guru dari sekolah umum negeri sebagai tenaga honorer di MTs dan MA tanpa melihat ideologinya dengan tujuan agar pengalaman dan  pencapaian kurikulum terdapat keseimbangan. Ada ketertarikan tersendiri bagi tamu luar yang berkunjung ke Pondok Pesantren Bali Bina Insani misalnya Prof. Dr. Azumardi Azra mantan rektor UIN Jakarta (1997) sangat respek terhadap 8 orang guru non muslim yang mengajar di pondok ini, sebagai wujud Rahmatan Lil `Alamin, kata beliau. Begitu juga ANTV pernah meliput seluruh kegiatan dalam 24 jam. Karena ketertarikannya terhadap pelestarian kultur masyaraskat Bali di pondok diantaranya dengan melakukan pembahasan kitab Ta`limul Muta`allim dengan menggunakan bahasa Bali. Belum lagi konsep kesiapan tidak berbeda dalam perbedaan, sebagai wujud toleransi beragama, mengingat Pondok Pesanten Bali Bina Insani berada dalam miliu yang semua penduduk aslinya beragama Hindu.

Pengembangan pondok untuk memisahkan asrama putra dan asrama putri di lakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak dikehendaki, memberikan rasa aman pada orang tua dan untuk memudahkan manajemen. Pelaksanaan program ini dilakukan pada tahun 2004 dengan membebaskan tanah seluas 12 are dengan harga Rp. 48.000.000 berlokasi tidak jauh dari asrama lama. Para donatur diantaranya Ibu Hj. Swanita Ning yang menyumbang sebesarRp. 14.000.000. Untuk pembangunan asramanya Departemen Pendidikan Nasional membantu sebesar Rp. 75.000.000.

Pada Oktober 2010 dengan terpisahnya asrama putra dan putri, iklim pendidikan semakin kondusif.  Santri yang berasal hampir dari seluruh wilayah Indonesia semakin meronakan pendidikan. Dari Aceh hingga Papua sudah pernah mengirimkan kadernya di Bali Bina Insani.

Periode tahun pelajaran 2010-2011 ini adalah terdiri dari santri yang berasal dari Jawa Barat, Madura, Ujung Pandang, Flores, Kupang, Lombok Jawa Timur dan tentu saja seluruh wilayah pulau Bali. Pondok Pesantren Bali Bina Insani terletak di Desa Meliling Kecamatan Kerambitan Kabupaten   Tabanan (11 km barat Kota Tabanan, +  32 km dari kota Denpasar). Pondok Pesantren ini berdiri di  areal seluas 5700m2, dan berada di tengah-tengah masyarakat Hindu yang taat melaksanakan ajaran-ajaran agamanya. Keberadaan Pondok telah diterima dengan baik oleh masyarakat setempat karena beberapa faktor, diantaranya faktor kesejarahan, yang tidak pernah melahirkan komplik etnis dan agamis serta faktor toleransi (tasammuh), kebersamaan dan kesetaraan (musawwah). Para santri dan santriwati mayoritas berasal dari Propinsi Bali, tapi ada juga dari Propinsi-Propinsi lain di Indonesia, seperti dari Sumatera, Jawa, Lombok, NTT dan dulu banyak berasal dari Timtim. Jumlah santri dan santriwati saat ini 141 orang dengan 34 orang guru. Sebanyak 9 orang ustad dan 8 ustadzah sebagai guru tetap yang mendampingi dan mengkoordinir kegiatan santri selama 24 jam

Kiyai Ketut merasa bahwa proses pendirian pondok pesantren cukup alamiah. Ketika itu Kiyai merasa harus berbuat, dan itu adalah kebutuhan riil pada saat itu. Supaya terjaga akidahnya, supaya terjaga tradisi-tradisi keagamaan dan akhlaknya, maka dibangunlah sarana mengaji, ruang-ruang sekolah formal, sekolah madrasah diniyah, bilik-bilik santri putra, bilik-bilik santri putri, asrama para ustadz, kantor pondok, kantor yayasan, koperasi dan masjid. Ditambah dengan sarana pendukung, yaitu arena olahraga, dan ternak udang lopster.

Jenis dan Sistem Pondok Pesantren La-Royba Bali Bina Insani (BBI)

  • Jenis: Pondek Pesantren Modern
  • Yayasan: Yayasan La-Royba

Landasan Falsafah Pondok Pesantren La-Royba Bali Bina Insani (BBI)


Catur Jiwa Pesantren – KLIP

  1. Keikhlasan 
  2. Loyalitas
  3. Integritas
  4. Pengabdian

Motto Kami 

  • Beribadah yang Khusuk 
  • Bekerja yang giat 
  • Belajar yang tekun 
  • Bergaul yang santun

Kerja Kami Setiap Waktu

  • Beribadah
  • Belajar
  • Berlatih

Obsesi Kami Selalu:

  • Berjasa 
  • Bekembang  
  • Mandiri

Catur Sikap Bali Bina Insani

  1. Keihklasan
  2. Kesederhanaan
  3. Kemandirian &
  4. Kesetiakawanan

Sistem Pendidikan Pondok Pesantren La-Royba Bali Bina Insani (BBI)

Pondok Pesantren Bali Bina Insani dalam sistem pengajaran dan pendidikannya dengan memadukan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) dengan praktik keterampilan yang lainnya. Pengemasan tersebut sangat terbantu dengan pengasramaan santri (Boarding school) yang diterapkan sehingga nilai-nilai yang diserap oleh santri dapat diaplikasikan pada lingkungannya.

Dalam bidang bahasa Arab dan Inggris untuk komunikasi sehari-hari mengadopsi sistem yang ada di PP Gontor yang menerapkan bahasa Arab dan inggris yang dibimbing langsung oleh ustadz dan ustadzah yang menguasai bidang ini. Sistem ini diterapkan agar para santri dapat mengkaji kitab kuning (literatur klasik) serta mempersiapkan mereka (santriwan dan santriwati) agar mampu memasuki pangsa kerja sebagai penerjemah di bidang kepariwisataan, dll.. mengingat Bali merupakan primadona manca negara.'

Pondok Pesantren Bali Bina Insani mengadopsi sistem yang ada di Pondok Pesantren Darusssalam, Gontor, Darunnajah Jakarta yaitu mencoba menerapkan komunikasi sehari-hari dengan menggunakan bahasa arab dan inggris yang dibimbing langsung oleh Ustad dan Ustazah yang menguasai bidang ini. Sistem ini diterapkan agar para santri dapat mengkaji literatur klasik (kitab kuning) serta mempersiapkan mereka agar mampu memasuki pangsa kerja sebagai guide di bidang kepariwisataan mengingat Bali merupakan primadona wisatawan manca negara.


Kurikulum Pondok Pesantren La-Royba Bali Bina Insani (BBI)):

Madrasah Tsanawiyah, Aliyah, dan Madrasah Diniyah (MD) yang berada di komplek pesantren.

Guru dan Pengajar Pondok Pesantren La-Royba Bali Bina Insani (BBI)):


Para pengajar terdiri dari lulusan–lulusan perguruan tinggi  yang berbasis keagamaan seperti dari Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah dan Alumni Pondok Pesantren lainnya serta dari perguruan tinggi umum (IKIP, UNUD). Di antara para guru terdapat beberapa orang yang beragama Hindu dengan mengajarkan mata pelajaran sesuai dengan keahliannya serta mengajarkan tradisi masyarakat Bali dengan tujuan agar para santri memahami tradisi yang hidup di tengah-tengah masyarakat sehingga komunikatif dan interaktif dengan lingkungannya. memiliki 16 guru beragama Hindu dari total 43 orang guru.

Pelajar Pondok Pesantren La-Royba Bali Bina Insani (BBI)):


Mayoritas santri berasal dari Bali, tetapi ada juga yang berasal dari propinsi lain yang ada di Indonesia, seperti Sulawesi, Jawa, Lombok, NTT, dan Eks. Timor Timur. Mereka berada dalam didikan, lindungan, pantauan kiyai dan ustadz/h selama 24 jam.

Ekstarkulikuler dan Kegiatan Pondok PesantrenLa-Royba Bali Bina Insani (BBI)


Para santri melakukan kegiatan mulai dari jam 04.00 pagi sampai dengan jam 22.00 malam. Dalam rentang waktu tersebut, mereka mengikuti kegiatan.

Sedangkan yang non-formal, mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat kepondokan, yaitu muhadharah, muhadatsah, pengajian kitab kuning, kepanduan pramuka, setra kursus-kursus seperti kursus komputer.

Kajian Kitab Kuning salah satunya dengan menggunakan pengantar bahasa Bali, yaitu membaca kitab Targhib wa al-Tarhib dan Ta’lim al-Muta’allim. Hal ini dilakukan untuk memberi bekal kepada para santri, agar mereka memahami bahasa Bali.


Karakteristik Pondok Pesantren La-Royba Bali Bina Insani (BBI) :


Hal ini disampaikan oleh Pendiri Yayasan La Royba, Haji Ketut Jamaludin Jamal di hadapan delegasi Bali Democracy Forum (BDF) IX yang melakukan kunjungan ke sekolah Islam tersebut. Kunjungan mereka diantar oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

"Sebagian guru yang mengajar di sekolah kami baik MTs (Madrasah Tsanawiyah) maupun Madrasah Aliyah adalah guru yang beragama Hindu. Mereka mengajar pelajaran umum yang kami perlakukan sama dengan guru-guru muslim kami," kata Haji Ketut di Tabanan, Bali, Jumat(9/12/2016).

"Di Pondok Pesantren Bali Bina Insani pluralisme bukan sebuah idea tapi fakta. Bukan perbedaan yang kami kedepankan, tapi persamaan," tambah Haji Jamaludin.

Dalam sambutannya, Haji Jamaludin menegaskan bahwa soal toleransi di Pondok Pesantren Bali Bina Insani ini patut dijadikan contoh karena walaupun lokasinya berada di tengah-tengah umat lain, tapi tetap aman dan nyaman karena hubungan dengan masyarakat sekitar cukup baik. Berada di tengah permukiman Hindu, Ponpes BBI memiliki interaksi yang sangat harmonis dengan lingkungan dan masyarakat sekitar yang beragama Hindu. Hubungan yang harmonis itu antara lain ditunjukkan lewat sikap toleran ponpes dengan melibatkan sejumlah guru beragama Hindu.

"Toleransi beragama di pesantren ini adalah fakta. Ada 16 guru beragama Hindu di sini, yang mayoritas muridnya beragama Islam. Di Madrasah Aliyah 50 persen Hindu, sedangkan 50 persen itu Islam," ujar Imaduddin.

Imaduddin mengatakan, pesantren ini tidak mengedepankan perbedaan, tetapi mengedepankan persamaan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Hal itu dapat dilihat pada kegiatan penggemukan sapi milik ponpes yang dikelola umat Hindu.

"Kami menawarkan kerja sama dengan Badan Penanggulangan Terorisme, karena kami tegaskan bahwa teroriame adalah bahaya dimanapun juga. Pondok pesantren tidak pernah kenal kekerasan dan aksi teroris," tegasnya.

Setiap harinya, guru dan murid menggunakan bahasa pengantar Indoneaia dan bahasa Daerah Bali, selain diajarkan juga berbahasa Inggris dan Arab.

Sumber: http://yayasanlaroyba.blogspot.co.id/2011/11/profil-pondok-pesantren-bali-bina.html

2 Comments

Previous Post Next Post